Selasa, 09 Juni 2015

Gudang

Untuk sebuah ruangan yang terletak paling pencil dan menyudut di rumah kamu, kamu menyebutnya gudang. Biasanya ia dibiarkan berpenerangan remang; dengan cahaya tak tercukupi, juga pengap oleh timbunan debu yang menebal, dan senyapnya diwarnai oleh cicit tikus. Celah yang ada, adalah tempat laba-laba bersarang. Isinya selain dipenuhi stok barang, terkadang juga rumah bagi benda-benda yang terasa sulit dan berat untuk dibuang karena berbagai alasan, dianggap mungkin akan berguna di lain waktu – tapi akhirnya kamu melupakannya dan teronggok menahun di sana. Dan, tanpa kita tahu sejatinya gudang, sesungguhnya seperti tempat tinggalnya kenangan. 
Debu di gudang membuatmu terbatuk. Kenangan di hati kerap menjadikanmu terantuk.
Kamu punya daftar benda-benda yang tua, yang rongsok, yang kamu kira sudah tak berguna lagi saat ini, yang akan terlupa, dan membuangnya ke gudang – sembarang arah, melemparnya begitu saja. Tapi, pilihannya adalah menggudangkannya, bukan menjadikannya sampah di pinggir jalan atau tong-tong berbau busuk. Bahkan, dari gudang, pilihannya bukan pada gerobak sampah – melainkan toko loak, karena yang dijaga dalam gudang setidaknya punya nilai-nilai yang lain. Dan, kita berdua sadar, itu cara yang sama memperlakukan kenangan.
Benda-benda saling beradu siapa paling sepuh di gudang. Ingatan-ingatan saling bertemu siapa paling rapuh di liang luka.
Kamu diam-diam punya senarai kenangan yang purba, yang membuat hati ringsek, yang kamu rasa harusnya ditepikan dibanding mati terlimbur terlalu dalam olehnya, dan kamu menyapunya ke ruang paling hitam dan sepi – berharap ia mati oleh gelap dan dicekik sunyi, seperti sifatnya gudang. Ia menampung tempat debu saling berjejal, dan hewan kecil malam membangun keluarga – ada gudang kecil yang disiapkan hatimu untuk benda bernama kenangan ini. Kamu menaruhnya di gudang, karena tahu, suatu saat kamu akan membutuhkannya – seburuk dan serusak apapun benda itu, kamu hanya tak tahu pasti kapan harus mengambil dan menggunakannya lagi. Tapi yang penting, betapa luka dan lebam yang dimilikinya, ia tetap pernah mendaraskan cinta. Betapa tua dan kuno benda di gudang, ia tetap pernah berguna dan meninggalkan cerita.
Kenangan adalah ingatan yang basahnya begitu purnama. Gudang adalah tempat yang berusaha mengeringkannya.
Buat kamu di sana, terkadang aku ingin menanyakan koleksi benda apa yang kamu miliki di gudang. Mungkin saja ia bisa menunjukkan padaku pertanda kenangan seperti apa yang ingin kamu simpan. 
 
 
Penulis : Veronica Gabriella 
Sumber : http://obamae.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar